HENDRA -WEB  
 
  Artikel 04/30/2024 6:53pm (UTC)
   
 
Teori Belajar

TEORI PIAGET TENTANG PERKEMBANGAN INTELEKTUAL

Oleh Hendra Wadi

 

Menurut psikolog swiss terkemuka Jean Piaget, perkembangan intelektual manusia secara berurutan melalui 4 tahapan yang kesemua manusia melaluinya, walaupun setiap orang mengalami tahapan-tahapan tersebut dalam usia yang berbeda-beda tergantung  keturunan dan karakteristik lingkungannya.

Keempat tahapan tersebut adalah: Sensory-Motor stage, Preoperational stage, Concrete Operational stage dan Formal operational stage.

 

Sensory-Motor Stage

Ini merupakan tahapan pertama dari perkembangan intelektual dimulai sejak kelahiran sampai usia 2 tahun. Pada tahapan ini pembelajaran yang dialami bayii terdiri dari mengembangkan dan mengorgasisasikan aktivitas-aktivitas fisik dan mentalnya kedalam tindakan-tindakan terurut yang disebut sebagai skema-skema. Bayi belajar untuk mengkoordinasikan indra dan gerakan-gerakannya, memahami bahwa benda yang hilang dari pandangan akan tetap ada, dan ia belajar untuk memasangkan simbol-simbol dengan objek-objek fisiknya.

 

Pre operational Stage

Tahapan ini dimulai kira-kira dari umur dua tahun sampai tujuh tahun. Pada tahapan ini seorang anak sangat egosentris. Mereka mengasimilasi sebagian besar pengalaman di alam bebas kedalam skema-skema yang dikembangkan dari lingkungan sekitar, mereka memandang segala sesuatu dalam hubungan dengan diri mereka sendiri. Anak-anak percaya bahwa semua fikiran-fikiran dan pengalaman mereka sama dengan semua orang, bahwa objek-objek yang tidak bernyawa memiliki sifat-sifat sebagaimana yang dimiliki oleh orang hidup, dan perbedaan antara satu dan banyak memiliki konsekuensi yang sedikit. Hal ini menjelaskan mengapa anak-anak tidak menanyakan santa klaus yang berbeda disetiap sudut jalan dan boneka pajangan – boneka pajangan santa klaus di setiap jendela departemen store. Pemikir pra-operasional ini memiliki kesulitan dalam memutar balikan pikiran dan merekonstruksi tindakan-tindakan,  tidak mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu objek atau situasi secara simultan, dan tidak dapat berpikir secara induksi ataupun deduksi. Mereka mampu berpikir secara transduktif, yakni dari satu hal-hal yang spesifik ke hal-hal yang spesifik. Pada tahapan ini mereka tidak mampu membedakan antara fakta dan fantasi (khayalan). Melalui kematangan fisik dan interaksi dengan lingkungannya , anak yang berada pada tahap pre-conceptual ini mengembangkan skema-skema mental yang penting untuk beroperasi pada tingkatan intelektual yang lebih tinggi. Di akhir tahapan ini mereka akan mampu memberikan alasan akan apa yang  mereka percayai, dapat mengklasifikasikan himpunan-himpunan dari objek-objek berdasarkan sifat spesifk tunggal, dan mulai mencapai beberapa konsep aktual.

 

Concrete Operational Stage

Tahapan operasional konkrit (Concrete Operational Stage) dimulai dari umur tujuh tahun sampai dua belas, tiga belas atau bahkan lebih. Di awal tahapan ini terdapat penurunan substansial akan egosentrisnya. Bermain dengan anak-anak yang lain menggantikan bermain individu dan terisolasi dengan kehadiran anak-anak yang lain. Pada tahapan ini anak-anak mampu mengklasifikasikan objek-objek yang mempunyaii beberapa sifat kedalam himpunan atau sub himpunan menurut sifat-sifat khusus, dan mereka dapat secara simultan mengingat beberapa sifat dari suatu objek. Mereka mulai mengerti lelucon, dan dapat memutar balikkan operasi-operasi dan prosedur-prosedur, dan dapat memahami dan memvisualisasikan suatu transformasi tingkat menengah seperti matahari terbit dan terbenam.

 

Walaupun anak-anak pada tahapan ini mengembangkan banyak kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang dewasa, mereka mengalami kesulitan dalam abstraksi verbal. Mereka mampu menunjukkan operasi-operasi kompleks seperti kemampuan memutar-balikkan, substitusi, gabungan dan irisan himpunan, menyusun objek-objek konkrit secara berkelanjutan, namun mungkin tidak dapat melakukan operasi yang sama pada simbol-simbol verbal. Kemampuannya menilai dan logikanya belum berkembang dengan baik, dan mereka jarang mampu menyelesaikan masalah-masalah seperti: Jane lebih tinggi dari Bill; Jane lebih pendek dari  Susan; siapa yang paling pendek diantara mereka bertiga?, namun demikian mereka mampu menyusun setumpukan potongan tangkai (stik) dari yang terpendek sampai yang terpanjang. Sebelum mengakhiri tahapan ini mereka jarang yang mampu memformulasikan dengan tepat difinisi deskripsi walaupun mereka dapat mengingat definisi orang lain dan mampu mengeluarkan kembali apa yang telah mereka ingat.

 

Periode perkembangan ini disebut concrete operational  karena psikolog telah menemukan bahwa anak-anak antara tujuh dan duabelas bermasalah dalam menerapkan proses intelektual terhadap simbol-simbol verbal dan ide-ide abstrak; walaupun menjelang umur duabelas tahun sebagian besar anak-anak telah cukup terampil menggunakan intelektual mereka untuk memanipulasi objek-objek fisik yang konkrit. Pada periode ini anak-anak senang membangun sesuatu, memanipulasi objek-objek, dan mengoperasikan perkakas mekanik.

 

Formal Operational Stage

Ketika para remaja (adolescents) mencapai tahapan operasi formal (formal operational stage) mereka tidak perlu lagi mengandalkan operasi-operasi konkrit untuk menampilkan atau mengilustrasikan abstraksi-anstraksi mental. Mereka sekarang mampu secara simultan mempertimbangkan beberapa sudutpandang, untuk menentukan tindakan mereka sendiri dengan objektif, dan untuk merefleksikan proses berpikir mereka sendiri. Mereka akan mampu merumuskan teori, menggeneralisasikan hipotesis, dan men-tes hipotesis yang bervariasi. Orang yang telah mencapai tahap intelektual ini dapat menghargai nilai kebaikan dan keburukan dan dapat memandang definisi, aturan-aturan dan hukum dalam suatu konteks objektif yang tepat. Mereka juga akan mampu berpikir induktif dan deduktif  dan mampu berargumentasi dengan implikasi. Para remaja (adolesents) dapat mengerti dan menerapkan konsep-konsep seperti permutasi dan kombinasi, proporsi, korelasi dan probabilitas; mereka juga akan mampu memahami sesuatu yang sangat besar dan sangat kecil.

 

Faktor-faktor dalam perkembangan intelektual

 

Teori piaget menjelaskan perkembangan intelektual sebagai suatu proses asimilasi dan akomodasi informasi kedalam struktur mental. Asimilasi adalah suatu proses dimana informasi dan pengalaman baru dimasukkkan/digabungkan kedalam struktur mental, dan akomodasi adalah hasil restrukturisasi pikiran sebagai konsekuensi dari informasi dan pengalaman baru. Belajar tidak hanya menambahkan informasi yang baru kepada setumpukan informasi yang lama, hal ini dikarenakan setiap bagian dari informasi yang baru menyebabkan setumpukan dari informasi lama akan dimodifikasi untuk mengakomodasi pengasimilasian dari informasi yang baru.

 

Menurut teori piaget terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual, yaitu:

·         Pertumbuhan psikologi otak dan sistem saraf adalah faktor yang penting perkembangan umum intelektual. Pertumbuhan ini dikenal sebagai maturation.

·         Pengalaman fisik interaksi setiap orang dengan objek di lingkungannya.

·         Logico-matkematical experiences (Pengalaman logika matrematika) adalah kegiatan-kegiatan mental yang dibentuk oleh individu sebagai skema-skema mental mereka yang direstrukturisasi menurut pengalaman mereka.

·         Social transmission (transmisi sosial) adalah interaksi dan  kerjasama dari seseorang dengan orang-orang lain dan cukup penting dalam mengembangkan logika dalam pikiran anak. Piaget berpendapat bahwa operasi-operasi formal tidak akan berkembang dalam pikiran tanpa pertukaran dan koordinasi sudut pandang diantara orang-orang.

·         Equilibration  adalah suatu proses dimana struktur mental seseorang kehilangan keseimbangannya sebagai konsekuensi dari pengalaman baru dan kembali ke keseimbangan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Sebagai hasil dari equilibration, struktur mental berkembang dan dewasa.

Piaget percaya bahwa  kelima faktor di atas menyebabkan perkembangan mental dan setiap faktor pasti ada jika seseorang berproses maju melalui  empat tahapan perkembangan intelektual.

 

Keempat tahapan perkembangan (sensory-motor, preoperational, concrete operational, dan formal operational) berlangsung secara alami namun tidak dapat dipastikan permulaan dan akhirnya.

 

 

Teori Piaget dan pengajaran matematika

            Menurut Piaget pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema atau skemata (jamak) yang sering disebut dengan struktur kognitif.  Dengan menggunakan skemata itu seseorang mengadaptasi dan mengkoordinasi lingkungannya sehingga terbentuk skemata yang baru, yaitu melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan informasi (persepsi, konsep, dsb) atau pengalaman baru ke dalam  struktur kognitif (skemata) yang sudah dimiliki seseorang.  Akomodasi adalah proses restrukturisasi skemata yang sudah ada sebagai akibat adanya informasi dan pengalaman baru yang tidak dapat secara langsung diasimilasikan pada skemata tersebut. 

            pada seorang anak yang telah terbentuk skemata tentang persamaan linear yaitu pengertian persamaan linear, bentuk umum persamaan linear (ax + b = c), dan teknik penyelesaiannya.  Suatu ketika kepadanya diperkenalkan persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0.  Karena pengetahuan yang terbentuk dalam skemata anak tersebut adalah tentang persamaan linear dan tidak cocok dengan persamaan kuadrat, maka Muhsin akan mengalami disequilibrium.  Agar skemata tentang persamaan kuadrat itu dapat dibentuk, maka skemata tentang persamaan linear yang telah ada direstrukturisasi sehingga persamaan kuadrat dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasi dan diadaptasi, sehingga  terjadilah keadaan equilibrium.  Akhirnya, terbentuklah skemata baru atau pengetahuan baru yaitu persamaan kuadrat.

Dengan demikian, asimilasi dan akomodasi merupakan dua aspek penting dari proses yang sama yaitu pembentukan pengetahuan.  Kedua proses itu merupakan aktivitas secara mental yang hakikatnya adalah proses interaksi antara pikiran dan realita.  Seseorang menstruktur hal-hal yang ada dalam pikirannya, namun bergantung pada realita yang dihadapinya.  Jadi adanya informasi dan pengalaman baru sebagai realita mengakibatkan terjadinya rekonstruksi pengetahuan yang lama yang disebut proses asimilasi-akomodasi sehingga terbentuk pengetahuan baru sebagai skemata dalam pikiran sesorang.

Teapi sebagai kesimpulan, telah ditunjukan bahwa Piaget dan rekan-rekannya telah mempelajari dan mendefinisikan sifat dasar dan perkembangan pikiran manusia dan belum mencoba menetapkan metode-metode untuk meningkatkan belajar dan mengajar. Tugas tersebut diserahkan kepada yang lain (para pengajar) untuk menerapkan teori-teori dan dan temuan-temuan Piaget  dalam pengajaran di kelas. Banyak penelitian dikembangkan untuk menentukan tahapan-tahapan perkembangan intelektual melibatkan pengamatan dan rekaman tanggapan dari anak-anak ketika mereka diberi tugas yang bersifat matematika. Sebagai konsekuensinya, beberapa tipe masalah-masalah matematika yang dapat diselesaikan oleh anak-anak pada usia dan tahapan intelektual yang berbeda telah ditentukan oleh Piaget.  Walaupun banyak teori Piaget tentang perkembangan intelektual masih harus diteruskan, namun teori-nya telah menghasilkan penerimaan yang luas diantara para psikolog, ahli-ahli teori belajar dan pendidik. Setiap guru matematika harus mengenal hasil kerja Piaget dan seharusnya menerapkan penemuan Piaget  tentang kesiapan mental terhadap tugas-tugas belajar yang bervariasi untuk pengajarannya yang mereka jalankan.

 
  Menu
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  WIB
Today, there have been 4 visitors (6 hits) on this page!
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free